Pengertian hadis
Hadits secara etimologi berarti cara atau jalan hidup yang biasa dipraktekkan, baik ataupun buruk. Secara terminologi, Hadits adalah segala sesuatu yang dinisbatkan (disandarkan) kepada Nabi saw., baik perkataan (qauli), perbuatan (fi’li), sikap/ketetapan (taqriri) maupun sifat fisik dan psikis Rasulullah saw.
Untuk memberikan pengertian tentang Tarbawi, maka perlu diketahui dari mana asal kata tersebut. Kata “Tarbawi” adalah terjemahan dari bahasa Arab, yakni Rabba-Yurabbi-Tarbiyyatan. Kata tersebut bermakna : Pendidikan, pengasuhan dan pemeliharaan (A.W. Munawwir, 1997 : 470).
Taqiyuddin M. menyebut potensi manusia ini berupa seperangkat instrument dan content pendidikan yaitu akal pikiran (al-'aql), hati nurani (nur al-qalb) dan panca indera. Melalui seperangkat instrument dan content pendidikan itulah sehingga begitu manusia lahir di atas bumi ini ia telah siap menerima ajaran dari alam (macro cosmos) atau dari manusia lain (micro cosmos) yang telah lebih dulu ada.
Berkaitan dengan hal di atas, Longevel seperti yang dikutip Taqiyuddin M. mengklasifikasikan manusia ke dalam tiga golongan, yaitu: Pertama, educable animal yaitu makhluk yang dapat dididik. Kedua, animal educandum yaitu makhluk yang harus dididik. Ketiga homo education yaitu makhluk Allah yang dapat menerima dan sekaligus memberikan materi pendidikan.
Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa dalam dunia pendidikan, manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan kelebihannya manusia ada yang bisa diajar, dibimbing, dibina dan dilatih sehingga perilaku sosialnya menjadi baik. Inilah yang dimaksud bahwa fungsi pendidikan adalah mengarahkan perkembangan manusia ke arah yang lebih baik. Dan dengan kelemahannya manusia tidak henti-hentinya berfikir, bertindak, belajar dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya demi tercapainya tujuan yang dikehendakinya.
Menurut Sayyid Quthb bahwa apabila manusia merenungkan penciptaannya dan bentuk tubuhnya, panca indera dan anggota-anggota tubuhnya, dan kekuatan serta pengetahuannya, maka dia pasti mengakui bahwa Allah adalah Maha Pencipta. Karena tidak ada seorang pun selain Allah yang mampu menciptakan alam semesta yang sangat mengagumkan ini, baik yang kecil maupun yang besar.
Yang dimaksud dengan bersyukur di ayat ini ialah menggunakan alat-alat tersebut untuk memperhatikan bukti-bukti kebesaran dan keesaan Tuhan, yang dapat membawa mereka beriman kepada Allah s.w.t. serta taat dan patuh kepada-Nya. Kaum musyrikin memang tidak berbuat demikian.
Ayat ini juga menjelaskan tentang potensi yang diberikan Allah SWT kepada manusia berupa pendengaran, penglihatan dan hati (akal) supaya dijadikan alat untuk memperhatikan bukti-bukti kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.
Untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki, maka manusia perlu pendidikan. Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup dan kehidupan. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Allah yang dibekali dengan berbagai kelebihan, di antaranya kemampuan berfikir, kemampuan berperasaan kemampuan mencari kebenaran dan kemampuan lainnya. Kemampuan-kemampuan tersebut tidak akan berkembang apabila manusia tidak mendapatkan pendidikan.
Allah SWT dengan jelas memerintahkan kita untuk "Iqra'" dalam surat Al-Alaq yang merupakan kalamullah pertama pada Rasulullah SAW. Iqra' di sini tidak bisa diartikan secara sempit sebagai bacalah, tetapi dalam arti luas agar manusia menggunakan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah Allah SWT berikan sebagai khalifah fil ardl. Sehingga pendidikan merupakan sarana untuk melaksanakan dan perwujudan tugas manusia sebagai utusan Allah di muka bumi ini.
Diriwayatkan oleh Adh-Dhahhak bahwa Ibnu Abbas bercerita mengenai ayat ini, bahwa tatkala Allah mengutus Muhammad sebagai Rasul, banyak diantara orang-orang Arab yang tidak mau menerima kenyataan itu dan beranggapan bahwa lebih agung untuk mengutus seorang manusia sebagai Rasul-Nya.
Menuntut ilmu merupakan kewajiban kita selaku umat Muslim, sebagaimana Sabda Rasulullah SAW yang artinya: "Mencari ilmu itu wajib bagi muslim dan muslimat dari kandungan sampai liang lahat" (HR. Baihaqi)
Dalam Tafsir Al-Misbah kata "attabi'uka" ( ) asalnya adalah "atba'uka" dari kata "tabi'a", yakni mengikuti. Penambahan huruf "ta'" pada kata "attabi'uka" mengadung makna kesungguhan dalam upaya mengikuti itu. Ucapan Nabi Musa as, berikutnya sungguh sangat halus. Beliau tidak menuntut untuk diajar tetapi permintaannya diajukan dalam bentuk pertanyaan, "Bolehkan aku mengikutimu?" kemudian beliau menamai pengajaran yang diharapkannya itu sebagai ikutan, yakni beliau menjadikan diri beliau sebagai pengikut dan pelajar. Di sisi lain, beliau mengisyaratkan keluasan ilmu hamba yang shaleh itu (al-khidhr) sehingga Nabi Musa as. Hanya mengharap kiranya dia mengajarkan sebagian dari apa yang telah diajarkan kepadanya. Dalam konteks itu, Nabi Musa as. tidak menyatakan "apa yang engkau ketahui wahai hamba Allah", Karena beliau sepenuhnya sadar bahwa ilmu pastilah bersumber dari satu sumber, yakni dari Alla Yang Maha Mengetahui.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari ayat ini adalah bahwa kita dalam menuntut ilmu itu harus bertekad untuk bersungguh-sungguh mencurahkan perhatian bahkan tenaganya terhadap apa yang akan kita pelajari. Pepatah mengatakan: "Man jadda wajadda" (barangsiapa yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu, maka pasti akan berhasil).
Didalam QS At-Tahrim ayat 6 ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa kita harus menjaga diri kita dan keluarga dari siksa api neraka. Ayat ini juga mengisyaratkan tentang pentingnya pendidikan dalam keluarga. Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama.
Adapun bidang pendidikan yang diperankan oleh keluarga menurut Hasan Langgulung ada tujuh bidang pendidikan, yaitu: pendidikan jasmani, kesehatan, akal (intelektual), keindahan, emosi dan psikologi, agama dan spiritual, akhlak, sosial dan politik.
Orang tua dalam keluarga harus sejak dini memberikan pendidikan agama kepada anak-anaknya. Rasulullah saw bersabda:
مُرُوا الصَّبِيَّ بِالصَّلاَ ةِ اِذَا بَلَغَ سَبْعَ سِنِيْنَ وَاِذَا بَلَغَ عَشْرَ
سِنِيْنَ فَاضْرِبُوْهُ عَلَيْهَا
Artinya: "Perintahkanlah anak melakukan shalat, apabila telah mencapai usia tujuh tahun. Kalau sudah berumur sepuluh tahun, sedang anak itu tidak melaksanakan perintah, maka pukullah dia".(HR. Muslim)
Mengapa orang tua dituntut untuk memerintahkan anak yang masih kecil untuk melakukan shalat? Maksudnya, agar anak itu terbiasa, sehingga kelak sudah baligh, shalat itu menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan.
Dalam terjemah singkat tafsir Ibnu Katsir ada tiga sahabat yang menafsirkan ayat ini, yaitu:
Pertama, Berkata Ibnu Abbas: "Tidak sepatutnya orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya ke medan perang dan meninggalkan Rasulullah SAW seorang diri".
Kedua, Berkata Qatadah: "Jika Rasulullah Saw mengirim pasukan, maka hendaklah sebagian pergi ke medan perang, sedang sebagian lain tinggal bersama Rasulullah saw. untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama, kemudian dengan pengetahuan yang mereka peroleh itu, hendaklah mereka kembali kepada kaumnya untuk memberi peringatan kepada mereka".
Ketiga, Berkata Adh-Dhahhak: "Jika Rasulullah saw. mengajak berjihad (perang total) maka tidak boleh tinggal dibelakang kecuali mereka yang beruzur. Akan tetapi jika Rasulullah saw. menyerukan sebuah "sariyyah" (perang terbatas), maka hendaklah segolongan pergi ke medan perang dan segolongan tinggal bersama Rasulullah saw memperdalam pengetahuannya tentang agama, untuk diajarkan kepada kaumnya bila kembali".
Ayat ini mengingatkan orang tua dalam keluarga agar mementingkan pendidikan agama bagi anak-anaknya. Orang tua boleh kemana saja menyekolahkan anak-anaknya (mencari ilmu umum) tapi jangan lupa dibekali ilmu dan pengalaman agama. Orang tua hendaknya menjadikan anak-anaknya sebagai orang intelek yang ulama atau ulama yang intelek. Hal ini akan tercapai apabila mempunyai kedua ilmu tersebut, yakni ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama. Nabi pernah bersabda:
من اَرَادَ الدُّنيا فعليهِ بالعلمِ, ومن اراد الاخرةَ فعليهِ بالعلمِ, ومن ارادهما فعليهِ بالعلمِ
Artinya: "Barangsiapa menghendaki hidup (kebaikan) di dunia maka kepadanya dengan ilmu dan barangsiapa menghendaki kehidupan (baik) di akherat maka dengan ilmu dan barangsiap menghendaki keduanya maka juga dengan ilmu" (HR. Bukhari dan Muslim)
Menurut Miftahurrobbani, bahwa salah satu pokok kelemahan umat Islam adalah kebodohan putra-putri umat Islam akan agamanya.
Hal ini dapat kita pahami, karena orang tua kadang-kadang kurang menyadari keseimbangan pendidikan terhadap anak-anaknya. Orang tua mendidik anak agar dapat membaca Koran, tetapi lupa untuk mendidik anak membaca Al-Qur'an. Orang tua mengajar anak agar dapat menghormati sesama teman, tetapi lupa mengajar anak agar dapat menghormati Tuhan. Pendek kata, orang tua menyekolahkan anaknya agar pandai dalam pengetahuan umum, tetapi lupa menyekolahkan anaknya agar pandai dalam pengetahuan agama.
2.2. Ruang Lingkup Hadita Tarbawi
Pendidikan sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas karena di dalamnya banyak aspek yang ikut terlibat, baik langsung maupun tidak langsung.
Adapun ruang lingkup pendidikan adalah :
1. Perbuatan Mendidik
2. Anak Didik
3. Dasar dan Tujuan Pendidikan
4. Pendidik
5. Materi Pendidikan
6. Metode Pendidikan
7. Alat Pendidikan
8. Evaluasi Pendidikan
9. Lingkungan Pendidikan (Nur Uhbiyati, 1997 : 16).
Berikut ini akan diuraikan secara singkat mengenai beberapa aspek di atas yang merupakan ruang lingkup dari pendidikan tersebut.
Perbuatan Mendidik
Yang dimaksud perbuatan mendidik ialah seluruh kegiatan, tindakan, dan sikap pendidik sewaktu menghadapi anak didiknya. Dalam perbuatan mendidik ini sering disebut dengan tahzib.
Anak Didik
Anak didik merupakan unsur terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan karena semua upaya yang dilakukan adalah demi menggiring anak didik ke arah yang lebih sempurna.
Dasar dan Tujuan Pendidikan
Dasar dan tujuan pendidikan Islam yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala kegiatan pendidikan dalam hal ini dasar atau sumber pendidikan yaitu ke arah mana anak didik itu akan dibawa.
Pendidik
Pendidik yaitu sebagai subjek yang melaksanakan pendidikan. Ini memiliki peranan yang sangat penting, berhasil atau tidaknya proses pendidikan banyak ditentukan oleh mereka.
Materi Pendidikan Islam
Materi pendidikan yaitu bahan atau pengalaman-pengalaman belajar yang disusun sedemikian rupa untuk disajikan kepadaanak didik. Dalam pendidikan islam materi pendidikan sering disebut dengan Maddatut Tarbiyah.
Metode
Metode yaitu cara yang dilakukan oleh pendidik dalam menyampaikan materinya. Metode tersebut mencakup cara pengelolaan, penyajian materi pendidikan agar materi tersebut dapat dengan mudah diterima oleh anak didik.
Evaluasi Pendidikan
Cara-cara mengadakan evaluasi (penilaian) terhadap hasil belajar anak didik. Evaluasi ini diadakan dengan tujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar selama proses pembelajaran.
Alat-alat Pendidikan
Alat-alat pendidikan yaitu semua alat yang digunakan selama melaksanakan pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai.
Lingkungan Pendidikan
Yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan di sini ialah keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil pendidikan. Lingkungan pendidikan sangat besar pengaruhnya dalam membentuk kepribadian anak didik, olehnya itu hendaklah diupayakan agar lingkungan belajar senantiasa tercipta sehingga mendorong anak didik untuk lebih giat belajar.
^^kumpulan Hadis tarbawih^^
BAB I
POTENSI ANAK
- a. Hadits (Al-lu’lu wal Marjan : 1.702)
حديث ابي هريرة رضى الله
عنه، قال النبى صلى الله عليه وسلم قال : مامن مولود الا يولد على الفطرة.
فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه. كما تنتج البهيمة بهيمة جمعاء. هل
تحسون فيها من جدعاء. ثم يقول أبو هريرة رضى الله عنه : فطرة الله التى فطر
الناس عليها لاتبديل لخلق الله، ذلك الدين القيم. (رواه بخار و مسلم)
- b. Terjemahannya
“Abu Hurairah berkata:Nabi saw.bersabda:Tiada
bayi yang dilahirkan melainkan lahir diatas fitrah,maka ayah bundanya
yang mendidiknya menjadi Yahudi,Nasrani atau Majusi,sebagai lahirnya
binatang yang lahirnya lengkap sempurna.Apakah ada binatang yang lahir
terputus telinganya? Kemudian Abu Hurairah r.a. membaca : Fitratallahi
allati fatharan naasaalaiha,laa tabdila likhalqillahi (Fitrah yang
diciptakan Allah pada semua manusia,tiada perubahan terhadap apa yang
diciptakan oleh Allah.Itulah agama yang lurus”. (Bukhari,Muslim)
- c. Komentar / Tanggapan
Setiap anak telah memiliki fitrah sejak
ia dilahirkan atau suatu potensi yang telah ada di dalam dirinya, orang
tuanyalah yang memiliki tanggung tawab untuk mendidik dan menjadikan
anaknya seperti apa tergantung kepada kedua orang tuanya. Potensi anak
itu sangat bersih bagaikan suatu kertas putih yang belum tercorat-coret
oleh tinta. Sebagaimana yang dikatakan Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin, mengibaratkan anak sebagai permata indah (Jauhar)
yang belum diukir, dibentuk dengan ke dalam suatu rupa. Permata itu
merupakan amanat Allah yang dititipkan kepada para orangtua. Karena itu,
menurut Al-Ghazali, orangtua harus memperhatikan fase-fase perkembangan
anaknya dan memberikan pendidikan yang memadai sesuai dengan fase yang
ada agar permata yang diamanatkan kepadanya dapat dibentuk rupa yang
indah.
Apalagi untuk zaman sekarang orangtua
sangat berperan penting dalam mendidik anaknya, sebelum anaknya itu
dimasukan ke sekolah atau anak itu melihat dunia luar yang sangat bebas.
Karena dasar tempat pendidikan utama adalah rumah dan pendidiknya
adalah semua orang-orang yang ada dalam rumah anak tersebut terutama
orang tua (Ibu Bapaknya).
BAB II
TANGGUNG JAWAB PENDIDIK
- a. Hadits
و عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : لايمنع
جار جاره أن يغرز جشبة فى جداره ، ثم يقول أبو هريرة : مال أراكم عنها
معرضين والله لارمين أكتافكم ( متفق عليه )
- b. Terjemahannya
- c. Komentar / Tanggapan
Apabila tanggung jawab itu bisa dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan, Insya Allah ajaran Nabi itu telah terlaksanakan dengan baik.
BAB III
JUJUR, OBJEKTIF dan CERDAS
- a. Hadist
عن ابن مسعود رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه
وسلم، قال : أن الصدق يهدي ألى البر، وإن البر يهدي إلى الجنة، وإن الرجل
ليصدق حتى يكتب عنه الله صديقا. وإن الكذب يهدي إلى الفجور، وإن الفجور
يهدي إلى النار، وإن الرجل ليكذب حتى يكتب عند الله كذابا ( متفق عليه )
- b. Terjemahannya
- c. Komentar / Tanggapan
Adapun pendidikan Shadaqah Jariyah dapat diterapkan sejak kecil dengan saling membantu teman yang membutuhkan atau dengan cara mengisi kotak amal yang ada di masjid terdekat dan pendidikan mencari ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat tidak boleh berhenti karena dengan ilmu kita akan mendapatkan kebahagian dunia ataupun kebahagian nanti di akhirat. Pendidikan anak pun harus diperhatikan keberhasilan orang tua mendidik anak untuk menjadi anak yang soleh dengan memberikan pendidikan agama yang cukup di rumah dan selain itu memberikan sarana pendidikan misalnya di masukkan ke lembaga-lembaga pendidikan agama atau kesuatu sekolah yang memberikan pendidikan agamanya yang maksimal. Penerapan metode belajar agama oleh seorang pendidik sangat penting untuk menciptakan seorang anak yang jujur, shaleh dan berakhlakul karimah.
BAB IV
BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA
- Hadits
عن ابى مسعود رضي الله عنه قال سألت النبي صلى الله
عليه وسلم : أي الاعمال أحب الى الله تعالى قال الصلاة على وقتها قلت ثم
أي بر الوالدبن قلت ثم أي قال الجهاد فى سبيل الله. ( متفق عليه )
- Terjemahannya
- Komentar / Tanggapan
Oleh karena itu, kita sebgai anak kita harus mempunyai rasa kasih sayang terhadap kedua orang tua kita sehingga suatu saat merka dimasa tua nanti kitalah yang akan mendidik dan dan merawat mereka dengan penuh kasih dan sayang sebagaimana mereka mendidik kita dan menyayangi kita sejak kecil. Hadist nabi juga mengatakan kalau surga itu dibawah telapak kaki ibu, kalau kita ingin meraih surganya Allah maka kita harus selalu berbuat baik terhadap kedua orang tua kita.
BAB V
AMANAH
- Hadits
وعن ابى هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله
عليه وسلم قال : أية المنافق ثلاث : إذا حدث كذب، وإذا وعد أحلف فإذا أتمن
خان ( متفق عليه )
- Terjemahannya
- Komentar / Tanggapan
BAB VI
PERSAUDARAAN dan KERJASAMA
- Hadits
وعن ابن عمر رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله
عليه و سلم قال : المسلم لايظلمه ولايسلمه من كان فى حاجة أخيه كان الله فى
حاجته، ومن فرج عن مسلم كربة فرج الله عنه بها كربة من كرب يوم القيامة،
ومن ستر مسلما ستره الله يوم القيامة ( متفق عليه )
- Terjemahannya
- Komentar / Tanggapan
Hadits tersebut dapat diterapkan dalam pendidikan dengan mendidik bahwa setiap manusia harus saling membantu karena setiap muslim dalam suatu kebaikan. Dengan rasa persaudaraan yang kuat maka kerjasama dalam memajukan bidang pendidikan akan terlaksana. Seorang pendidik harus membantu setiap muslim yaitu dengan memberikan nasehat yang membawa kepada kebaikan dan kemajuan khususnya bagi setiap muslim yang telah kita beri nasehat dan umumnya bagi seluruh umat muslim di dunia ini. Dan seorang pendidik harus mengajarkan kepada peserta didiknya bagaimana suatu persaudaran dan kerjasama yang di ridhai Allah swt itu !.
BAB VII
SIKAP CERIA dan SITUASI KONDUSIF DALAM PEMBELAJARAN
- Hadits
عن أبي العبَّاسِ عبدِ اللهِ بنِ عباسِ بنِ عبد
المطلب رضِيَ اللهُ عنهما ، عن رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – ، فيما
يروي عن ربهِ ، تباركَ وتعالى ، قَالَ : (( إنَّ اللهَ كَتَبَ الحَسَنَاتِ
والسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذلِكَ ، فَمَنْ هَمَّ بحَسَنَةٍ فَلَمْ
يَعْمَلْهَا كَتَبَها اللهُ تَبَارَكَ وتَعَالى عِنْدَهُ حَسَنَةً كامِلَةً
،وَإنْ هَمَّ بهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عَشْرَ حَسَناتٍ إِلى
سَبْعمئةِ ضِعْفٍ إِلى أَضعَافٍ كَثيرةٍ ، وإنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ
يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ تَعَالَى عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلةً ، وَإنْ
هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً )) مُتَّفَقٌ
عليهِ
- Terjemahannya
- Komentar / Tanggapan
BAB VIII
KELEMBUTAN dan KEARIFAN DALAM PENDIDIKAN
- Hadits
وعن ابن عباس رضي الله عنهما قال قال رسول الله صلى
الله عليه و سلم لأشج عبد القيس : [ إن فيك خصلتين يحبهما الله : الحلم
والأناة ] رواه مسلم
- Terjemahannya
- Komentar / Tanggapan
Dalam dunia pendidikan tidak sepantasnya ada kesombongan baik guru maupun peserta didik. Apalagi seorang guru yang menjadi faktor sentral dalam pendidikan, dan seorang guru adalah sebuah contoh bagi peserta didiknya dan guru adalah bagaikan malaikat yang memberikan motivasi ketika peserta didiknya mulai-mulai malas dan sebagai pembawa solusi ketika peserta didiknya ada masalah. Dalam istilah orang sunda “ digugu dan ditiru”. Kalau gurunya mempunyai Akhlak yang jelek. Bagaimana dengan murdinya? Mungkin akan lebih parah. Masalah inilah yang hendaknya kita waspadai.
Santun, lembut, arif dan sabar adalah sifat yang harus ada didalam diri seorang pendidik. Dari keempat sifat tersebut, apabila ada yang hilang salah satu maka tidak akan seimbang. Contohnya kalau tidak ada sifat sabar dari seorang pendidik maka tidak akan disukai oleh peserta didik dan akan hancur proses pendidikan tersebut. Apalagi kalau guru PAUD atau SD harus mempunyai jiwa kesabaran yang baik dan Istiqamah.
BAB IX
HIDUP SECARA PROFESIONAL
- Hadits
- Terjemahannya
- c. Komentar / Tanggapan
Memang tidak akan selesai dengan baik kalau suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, seperti seorang guru ahli dalam bahasa Inggris di suruh mengajar matematika, maka tidak akan sempurna dalam proses pembelajarannya.
BAB X
PERNIKAHAN
- a. Hadist
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنِ
النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : ( تُنْكَحُ اَلْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ
: لِمَالِهَا , وَلِحَسَبِهَا , وَلِجَمَالِهَا , وَلِدِينِهَا ,
فَاظْفَرْ بِذَاتِ اَلدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ مَعَ
بَقِيَّةِ اَلسَّبْعَةِ
- b. Terjamahannya
- c. Komentar / Tanggapan
Dalam hadits ini kita sebagai seorang pendidik/guru harus bersikap Professional dalam mendidik muridnya, jangan dipandang sebelah mata, kepada murid yang telah menurut kita memang kurang dalam segala hal, dari mulai harta, keturunan, kecantikan/ketampanan anak didik kita, tapi yang harus kita lihat itu adalah agamanya, atau apakah dia memang membutuhkan ilmu dari kita, kita harus mendidiknya dengan baik dan menyampaikan ilmu kepadanya walaupun satu ayat. Terutama kita harus mendidik seorang murid itu harus melihat agamanya, agar apa yang akan kita sampaikan itu tidak bertentangan dengan ajaran agamanya, khususnya dalam mata pelajaran pendidikan keagamaan.
Hadits ini memang cukup bagus untuk diimplikasikan terhadap pendidikan, karena sebelum kita mendidik orang lain kita harus mendidik dulu diri kita sendiri, keluarga, kerabat dekat dan setelah itu kepada orang lain.
BAB XI
PAKAIAN dan HIASAN
- a. Hadits
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : بَيْنَمَا رَجُلٌ
يُصَلِّيْ مُسْبِلاً إِزَارَهُ إِذْ قَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص م:
اِذْهَبْ فَتَوَضَّأْ ! فَذَهَبَ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ جَاءَ ، ثُمَّ قَالَ :
اِذْهَبْ فَتَوَضَّأْ ! فَذَهَبَ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ لَهُ
رَجُلٌ : يَا رَسُوْلُ اللهِ ، مَا لَكَ أَمَرْتَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ ثُمَّ
سَكَتَّ عَنْهُ ؟ فَقَالَ : إِنَّهُ كَانَ يُصَلِّي مُسْبِلٌ إِزَارَهُ
وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى لَا يَقْبَلُ صَلاَةَ رَجُلٍ مُسْبِلٌ إِزَارَهُ.
(رواه أبو داود)
- b. Terjemahannya
- Komentar / Tanggapan
BAB XII
‘AMAL MA’RUF NAHI MUNKAR
- Hadits
عن ابى سعد الخدري رضي الله عنه قال : سمعت رسول الله
صلى الله عليه وسلم يقول : من راء منكم منكرا فليغيره بيده، فأن لم يستطيع
فبلسانه، فأن لم يستطيع فبقلبه وذالك ضعف الايمان ( رواه مسلم )
- Terjemahannya
- Komentar / Tanggapan
BAB XIII
EVALUASI PENDIDIKAN
- Hadits
أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ
بْنُ آدَمَ عَنْ ابْنِ فُضَيْلٍ عَنْ أَبِي سِنَانٍ عَنْ مُحَارِبِ بْنِ
دِثَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَيْتُكُمْ عَنْ
زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ لُحُومِ
الْأَضَاحِيِّ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فَامْسِكُوا مَا بَدَا لَكُمْ
وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ النَّبِيذِ إِلَّا فِي سِقَاءٍ فَاشْرَبُوا فِي
الْأَسْقِيَةِ كُلِّهَا وَلَا تَشْرَبُوا مُسْكِرًا
- Terjemahannya
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Adam dari Ibnu Fudlail dari Abu Sinan dari Muharib bin Ditsar dari ‘Abdullah bin Buraidah dari bapaknya dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Aku telah melarang kalian berziarah kubur, maka -sekarang- ziarahlah
kubur, dan aku pernah melarang kalian -memakan- daging kurban lebih dari
tiga hari, maka simpanlah apa yang kalian kehendaki -dari daging-daging
tersebut- dan aku pernah melarang kalian dari nabidz (minuman yang
terbuat dari anggur) kecuali yang terdapat dalam tempat minum, maka
minumlah yang ada dalam semua tempat minum dan janganlah kalian minum
sesuatu yang memabukkan.” (HR. Muslim)
- Komentar / Tanggapan
Dalam suatu pendidikan pasti dibutuhkan
suatu evaluasi, karena dengan evaluasi inilah untuk meningkatkan
kualitas seorang pendidik dan melihat bagaimana perkembangan
pengetahuannya. Karena Nabi dalam hadist ini beliau mengevaluasi suatu
perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat, dari asalnya dilarang oleh
Nabi, tapi setelah itu dibolehkan karena melihat banyak manfaatnya dari
pada madharatnya, dan begitu juga dari asalnya dibolehkan oleh Nabi saw,
tapi setelah itu dilarang oleh Nabi saw karena melihat banyak
madharatnya dari pada manfaatnya.
Berdasarkan hadist di atas dalam
melaksanakan sesuatu itu kita perlu melakukan evaluasi, tidak hanya
dalam hal pendidikan tetapi juga tentang perbuatan-perbuatan kita serta
ibadah kita kepada Allah SWT.